Artinya Guru yang telah mengikuti UKG dan dinyatakan LULUS, maka secara faktual guru tersebut dipandang memiliki cukup kompetensi untuk mengajarkan sebuah mata pelajaran sesuai bidang mata pelajaran UKG yang diikutinya. Jika mata pelajaran Prakarya dapat diampu dan disetarakan untuk dapat diajarkan oleh banyak guru dilintas bidang mata

nurul jubaedah Eduaksi Tuesday, 14 Jun 2022, 1429 WIB Kurikulum Merdeka Cara Memahami Capaian Pembelajaran CP Oleh Nurul Jubaedah, Guru SKI di MTsN 2 Garut Kompetensi Inti/Kompetensi Dasar KI/KD dalam istilah kurikulum 2013 kini berubah menjadi istilah Capaian Pembelajaran CP dalam Kurikulum Merdeka. Capaian Pembelajaran CP jauh lebih simpel dibandingkan dengan KI/KD. Sasaran dari Capaian Pembelajaran CP berpusat pada peserta didik bukan mengejar ketuntasan materi belajar. Jika capaian Pembelajaran CP telah selesai pun bisa tetap explore untuk lebih menelaah secara detail apa yang harus dikuasai oleh peserta didik. Capaian Pembelajaran CP merupakan kompetensi pembelajaran yang harus dicapai peserta didik pada setiap fase, mulai dari Fase Pondasi dari PAUD. Untuk pendidikan dasar dan menengah Capaian Pembelajaran CP disusun untuk setiap mata pelajaran. Lihat Keputusan Menteri Republik Indonesia no 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam rangka pemulihan pembelajaran. Pemerintah hanya menetapkan tujuan akhir atau target per Fase Capaian Pembelajaran CP dan waktu tempuhnya. Satuan Pendidikan memiliki kekuasaan untuk menentukan strategi dan cara untuk mencapainya agar bisa menentukan strategi yang sesuai, kita perlu tahu titik keberangkatan peserta didik. Dimanakah kita bisa mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai Capaian Pembelajaran?. Silahkan searching di alamat Menurut Dikti capaian pembelajaran adalah suatu ungkapan tujuan pendidikan, yang merupakan suatu pernyataan tentang apa yang diharapkan, diketahui, dipahami, dan dapat dikerjakan oleh peserta didik setelah menyelesaikan suatu periode. Komponen capaian pembelajaran terdiri dari 1. Rasional mata pelajaran 2. Tujuan mata pelajaran 3. Karakteristik mata pelajaran 4. Capaian Pembelajaran setiap fase. Rasional mata pelajaran memuat alasan pentingnya mempelajari mata pelajaran tersebut dan keterkaitan antara mata pelajaran dengan salah satu atau lebih Profil Pelajar Pancasila. Tujuan mata pelajaran adalah kemampuan atau kompetensi yang perlu dicapai peserta didik setelah mempelajari mata pelajaran tersebut. Karakteristik mata pelajaran merupakan deskripsi umum tentang apa yang dipelajari dalam mata pelajaran serta elemen-elemen strands atau domain mata pelajaran dan deskripsinya. Capaian pembelajaran setiap fase menjelaskan deskripsi yang mencakup pengetahuan, keterampilan, serta kompetensi umum. Selanjutnya diturunkan menjadi capaian pembelajaran menurut elemen yang dipetakan berdasarkan perkembangan peserta didik. Capaian Pembelajaran CP di Kurikulum Merdeka adalah rentang waktu yang dialokasikan untuk mencapai kompetensi yang ditargetkan. Sementara Kompetensi Inti/Kompetensi Dasar KI/KD ditetapkan per tahun, Capaian Pembelajaran CP CP dirancang berdasarkan fase-fase. Satu Fase memiliki rentang waktu yang berbeda-beda, antara lain sebagai berikut 1. Fase Pondasi PAUD, 2. Fase A SD kelas I-II 3. Fase B SD kelas III-IV 4. Fase C SD V-VI 5. Fase D SMP kelas VII-IX 6. Fase E SMA kelas X 7. Fase F SMA kelas XI-XII Fase E dan Fase F dipisahkan karena mulai kelas XI peserta didik akan menentukan mata pelajaran pilihan sesuai minat dan bakatnya, sehingga struktur kurikulumnya mulai berbeda sejak kelas XI. Melalui Fase, suatu target capaian kompetensi dicapai tidak harus dalam satu tahun tetapi beberapa tahun, kecuali di kelas X jenjang SMA/sederajat. Capaian Pembelajaran CP di Kurikulum Merdeka disusun melalui metode yang berbeda, di mana pemahaman, sikap atau disposisi terhadap pembelajaran dan pengembangan karakter, serta keterampilan yang terobservasi atau terukur ditulis sebagai suatu rangkaian. Kompetensi memiliki makna lebih dari sekadar perolehan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga mengolah dan menggunakan pengetahuan, keterampilan, sikap, serta nilai-nilai yang dipelajari untuk menghadapi situasi atau permasalahan yang kompleks. Struktur Capaian Pembelajaran CP disusun tidak berdasarkan domain-domain pemahaman, sikap/disposisi, dan keterampilan, melainkan berdasarkan pada kompetensi dan/atau konsep yang esensial dari setiap mata pelajaran. Capaian Pembelajaran CP di Kurikulum Merdeka dapat dieksplorasi oleh guru dengan menyesuaikan kebutuhan peserta didik, kearifan lokal serta situasi dan kondisi pada saat. Untuk implementasinya dibutuhkan masa adaptasi karena baik bagi guru maupun peserta didik memiliki tingkat kesiapan yang berbeda-beda. Refleksi Guru yang beradaptasi dari Kurikulum 2013 menuju Kurikulum Merdeka Belajar memerlukan tahap refleksi. Refleksi adalah cara meditatif untuk menyadari peristiwa masa lalu. Setiap rangkaian peristiwa sebagai pengalaman hidup dapat direfleksikan tergantung pada konteks dan peristiwa. Pengalaman manusia yang bijak akan menjadikannya sebagai "guru terbaik" bagi siapa pun untuk melakukannya. Sesuatu yang pertama kali terlihat sebagai gelap dan putus asa, melalui refleksi, seseorang guru mendapatkan solusi antara kekhawatiran, stres hidup dalam menghadapi perubahan kurikulum, kesedihan, kepercayaan diri dalam beradaptasi disambut dengan kegembiraan dan sukacita. Dalam refleksi, guru bisa memaknai hidup lebih objektif. Kebiasaan refleksi bagi guru sebagai pendidik dan peserta didik di ruang pendidikan harus dikembangkan dan dipraktikkan berulang kali setiap hari. Mencerminkan berbeda dengan menceritakan atau menceritakan kembali suatu peristiwa dari suatu pengalaman. Refleksi adalah pengalaman konkret yang dimodifikasi berdasarkan refleksi, kemudian hasil refleksi ditulis ulang dan selanjutnya dipahami sebagai pembelajaran dalam kehidupan. Dalam penelitian independen, pembelajaran yang bermakna membutuhkan interpretasi yang bijaksana tentang apa yang dipelajari peserta didik. Konsep pembelajaran bermakna sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara. Menurut analisis Ki Hajar Dewantara, pendidikan berarti mampu membimbing seluruh kekuatan fitrah dalam diri peserta didik seperti manusia dan anggota masyarakat untuk mencapai keamanan dan mencapai kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pembelajaran yang bermakna karena kebiasaan berpikir peserta didik akan meningkatkan kualitas pembelajaran. Dasarnya adalah peserta didik di sekolah tidak hanya menerima bahan ajar tentang hasil belajar, tetapi juga memiliki kemampuan untuk menginterpretasikan apa yang telah dipelajari. Peserta didik reflektif mampu menyadari kehadirannya di sekolah, memahami tujuan pembelajaran bidang studi, dan memahami bagaimana atau strategi apa yang harus dipelajari. Peserta didik yang sadar akan jati dirinya akan berkembang secara optimal dari berbagai aspek pelatihan yang mereka terima selama bersekolah. Singkatnya, penulis menyimpulkan bahwa kebiasaan refleksi adalah hal yang penting dan mendesak untuk dilakukan tidak terbatas usia. Guru dan peserta didik di Kurikulum Merdeka harus dilatih untuk secara reflektif menafsirkan pelajaran yang mereka pelajari dan alami. Pembelajaran berupa bahan ajar dan pengalaman kegiatan peserta didik di ruang pelatihan hendaknya tercermin dalam kehidupan peserta didik sehari-hari. Kebiasaan refleksi akan meningkatkan kualitas belajar peserta didik untuk mencapai impian dan kebahagiaannya di masa depan. Peserta didik yang terbiasa berpikir merasa siap selama sekolah. Peserta didik akan belajar banyak selama sekolah dasar dan menengah. Alhasil, setelah lulus, mereka bisa menentukan apa yang terbaik untuk masa depan mereka. Daftar Pustaka Rahman, M. S., Nurhayati, N., & Luawo, D. W. M. 2021. Persepsi Guru Terhadap Kebeijakan Merdeka Belajar Tentang Penyederhaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP Di MTs Negeri 1 Manado. Journal of Islamic Education The Teacher of Civilization, 21. Siregar, N., Sahirah, R., & Harahap, A. A. 2020. Konsep Kampus Merdeka Belajar di Era Revolusi Industri Fitrah Journal of Islamic Education, 11, 141-157. Susanty, S. 2020. Inovasi pembelajaran daring dalam merdeka belajar. Jurnal Ilmiah Hospitality, 92, 157-166. Yamin, M., & Syahrir, S. 2020. Pembangunan pendidikan merdeka belajar telaah metode pembelajaran. Jurnal Ilmiah Mandala Education, 61. Biodata Nurul Jubaedah lahir di Garut, 19 Mei 1978. Mengajar di MTsN 2 Garut. Pendidikan D1 Akuntansi 1995, S1 PAI UNIGA 2001, S1 Bahasa Inggris STKIP Siliwangi Cimahi 2007, S2 PAI UIN SGD Bandung 2012. Prestasi Pembimbing KIR Membimbing 27 judul Karya Ilmiah Remaja kategori sosial budaya, menghantarkan peserta didik juara 1,2,3, dan harapan 1 kategori Sejarah, Geografi, dan Ekonomi tingkat Provinsi, juara harapan 1 dan 2 tingkat Nasional Juli 2019-September 2021, guru berprestasi tahap 1 di GTK Madrasah 2021, lolos tahap 3 AKMI KSKK Madrasah Februari 2022. Karya 1 buku solo, 20 buku antologi Januari-April 2022. Memiliki 540 konten pendidikan di canal youtube dan 80 artikel Oktober 2021-Juni 2022. Blog Instagram nj_78. Email [email protected]. Whatsapp 081322292789. caramemahamicapaianpembelajarandalamkurikulummerdeka Disclaimer Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku UU Pers, UU ITE, dan KUHP. Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel. Berita Terkait Terpopuler di Eduaksi

Artinya content knowledge merupakan pengetahuan terbaru tentang materi atau subjek yang dipelajari atau diajarkan. Menurut Shulman dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu. 2) Konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa seorang guru memiliki tuntutan dalam menguasai kompetensi dan kualifikasi keilmuan yang baik. Maka dari itu untuk menjadi seorang guru sebagai bahan untuk membuktikan kompetensinya adalah dengan adanya aturan mengenai linieritas ini telah dikeluarkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 46 Tahun 2016. Kemudian peraturan tersebut dianggap kurang memadai, sehingga terbit aturan baru yaitu Permendikbud Nomor 16 Tahun 2019 tentang Penataan Linieritas Guru Bersertifikat guru di Kurikulum 2022Linieritas dalam hal ini berkaitan dengan lulusan seorang guru pada masa perkuliahan pada perguruan tinggi melalui ijazah S1 atau D4. Artinya guru harus memiliki kesesuaian antara sertifikat pendidik atau ijazah guru tersebut dengan mata pelajaran yang akan diampu pada satuan berlakunya kurikulum 2022 atau kurikulum prototipe ini, penetapan aturan linieritas guru kembali menjadi persoalan. Kurikulum prototipe yang hendak diberlakukan pada tahun 2022 nanti merupakan kurikulum yang sebelumnya telah diterapkan di yang telah terdaftar di Program Sekolah Penggerak PSP.Dengan demikian, linieritas guru setelah diberlakukan kurikulum 2022 nanti, akan mengacu pada Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia tentang Program Sekolah Penggerak pada Pedoman Pembelajaran pada Program Sekolah Pelajaran pada Struktur Kurikulum 2022Mengacu pada aturan Kepmendikbudristek tentang Program Sekolah Penggerak. Didalamnya dijelaskan bahwa struktur kurikulum merupakan pengorganisasian atas capaian pembelajaran, muatan pembelajaran, dan beban pendidikan atau pemerintah daerah dapat menambahkan muatan tambahan sesuai kebutuhan dan karakteristik satuan pendidikan dan/atau daerah. Pada kurikulum 2022, pembelajaran dibagi menjadi dua kegiatan utama, yaitupembelajaran reguler atau rutin yang merupakan kegiatan intrakurikuler; danprojek penguatan profil pelajar PancasilaNamun, pada tulisan kali ini, kita akan berfokus pada pembahasan tentang poin pertama, yaitu pembelajaran reguler atau pelajaran IPASMata pelajaran IPAS pada jenjang SD dapat diampu oleh guru yang mempunyai kualifikasi akademik atau sertifikat pendidik sebagai Guru Kelas SD. Sedangkan mata pelajaran IPAS di SDLB dapat diampu oleh guru yang mempunyai kualifikasi akademik atau sertifikat pendidik Guru Kelas SLB atau bidang studi pendidikan luar dalam hal ini baik pada jenjang SD atau SDLB, guru harus memiliki kualifikasi akademik atau sertifikat pendidik sebagai guru SD. Misalnya calon guru yang lulusan S1 atau D4 pada jurusan pelajaran InformatikaUntuk jenjang SMP dan SMA pada kelas X, dapat diampu oleh guru yang mempunyai kualifikasi akademik sarjana atau sertifikat pendidik bidang/keahlian sebagai berikutIlmu Komputer;Informatika;Teknologi, Informasi, dan Komunikasi TIK; atauMIPA/ mata pelajaran Informatika menjadi mata pelajaran pilihan pada jenjang SMA XI dan Kelas XII. Mata pelajaran ini dapat diampu oleh guru yang mempunyai kualifikasi akademik sarjana atau sertifikat pendidik ilmu komputer atau pelajaran IPA dan IPS Jenjang SMADalam struktur kurikulum pada SMA kelas X dapat diajarkan oleh guru yang mempunyai kualifikasi akademik sarjana dan/atau bersertifikat pendidik guru Fisika, guru Kimia, dan/atau guru mata pelajaran IPS struktur kurikulum pada SMA kelas X dapat diajarkan oleh guru yang mempunyai kualifikasi akademik sarjana dan/atau sertifikat pendidik guru Sejarah, guru Geografi, guru Ekonomi, dan Sosiologi. Atau bisa juga oleh guru yang memiiki kualifikasi akademik sarjana dan sertifikat pendidik sesuai dengan mata pelajaran seni yang linieritas guru pada jenjang SMA, guru harus mempunya kesesuaian atas sertifikat pendidik atau kualifikasinya sesuai dengan apa yang akan diampu di hal ini, guru tidak boleh mengajar secara lintas rumpun keilmuan. Misalnya, guru yang memiliki kualifikasi akademik pada rumpun keilmuan saintek MIPA, tidak boleh mengajar pada rumpun keilmuan soshum IPS.Mata pelajaran Kepercayaan kepada Tuhan YME dan Budi PekertiMata pelajaran Kepercayaan kepada Tuhan YME dan Budi Pekerti pada jenjang SD, SMP, SMA, dan SLB dapat diajarkan oleh penyuluh yang sudah dilatih oleh Majelis Luhur Kepercayaan. Atau juga oleh guru memiliki sertifikat kompetensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi BNSP.Mata pelajaran dalam struktur kurikulum SDSelain mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, PJOK, Bahasa Inggris, dan Muatan Lokal, akan diajarkan oleh guru kelas pada masing-masing kelasnya. Sedangkan mata pelajaran Bahasa Inggris dalam struktur kurikulum SD merupakan mata pelajaran pilihan pada jenjang SD yang kemudian dapat diajarkan olehguru kelas yang memiliki kompetensi Bahasa Inggris;oleh guru Bahasa Inggris yang tersedia di SD yang bersangkutan;guru Bahasa Inggris di SD atau SMP terdekat yang ditugaskan dan diakui beban kerjanya; ataumahasiswa yang masuk dalam Program Merdeka Belajar Kampus mata pelajaran Muatan Lokal dalam struktur kurikulum SD merupakan mata pelajaran pilihan pada jenjang SD yang dapat diajarkan olehguru kelas yang memiliki kompetensi Muatan Lokal;oleh guru muatan lokal yang tersedia di SD yang bersangkutanguru Muatan Lokal di SD atau SMP terdekat yang ditugaskan dan diakui beban kerjanya; ataumahasiswa program studi Muatan Lokal berdasarkan Surat Keputusan Gubernur yang masuk dalam program kampus DiingatDemikian linieritas guru yang akan berlaku pada kurikulum 2022. Pada dasarnya linieritas dimaksudkan pembelajaran dapat menghasilkan kualitas terbaik melalui sertifikasi pendidik. Guru yang memiliki kualifikasi akademik atau sertifikasi pendidik harus mengajar pada mata pelajaran yang sejajar. Dalam artian sesuai dengan kualifikasi akademik dan sertifikasi yang kualitas mengajar Anda dengan bergabung bersama e Guru Id dan nikmati pelatihan gratis bersertifikat 32 JP setiap bulan serta fasilitas-fasilitas disini untuk mendaftar!
3 Aspek guru dan daya dukung antara lain memperhatikan ketersediaan guru, kesesuaian latar belakang pendidikan guru dengan mata pelajaran yang diampu, kompetensi guru (misalnya hasil Uji Kompetensi Guru), rasio jumlah peserta didik dalam satu kelas, sarana prasarana pembelajaran, dukungan dana, dan kebijakan sekolah. Semakin tinggi aspek guru
Halo Bapak/Ibu, bagaimana kabarnya? Semoga selalu sehat dan tetap semangat mengajar, ya. Kerinduan Bapak/Ibu untuk bertemu putra-putri di sekolah nampaknya sudah mulai terobati. Bagaimana tidak, beberapa daerah di Indonesia sudah mulai membuka sekolah tatap muka, terutama di lingkup SD dan SMP. Itu artinya, kegiatan belajar mengajar sudah mulai normal meskipun harus tertib protokol kesehatan. Agar peserta didik semakin semangat dalam belajar di sekolah di tengah pandemi ini, Bapak/Ibu bisa menerapkan model pembelajaran yang cukup menyenangkan, misalnya saja pembelajaran kontekstual. Ingin tahu selengkapnya tentang pembelajaran kontekstual? Check this out. Pengertian Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang menekankan pada kaitan antara materi yang dipelajari dengan kondisi di kehidupan nyata yang bisa dilihat dan dianalisis oleh peserta didik. Artinya, saat kegiatan pembelajaran berlangsung peserta didik seolah bisa merasakan dan melihat langsung aplikasi nyata materi yang sedang dipelajari. Adapun contoh pembelajaran kontekstual di kelas adalah sebagai berikut. Guru mempraktikkan renang gaya kupu-kupu di hadapan para peserta didik. Guru menampilkan gambar rangka manusia untuk menunjukkan bagian-bagian rangka manusia. Guru membawa bahan ajar berupa perkecambahan untuk menunjukkan proses pertumbuhan biji. Guru membawa contoh koran atau majalah sebagai bahan untuk membahas berita. Guru mengajak peserta didik di daerah yang rawan banjir maupun longsor untuk menjelaskan struktur tanah. Pembelajaran Kontekstual Menurut Para Ahli Adapun pengertian pembelajaran kontekstual menurut ahli adalah sebagai berikut. 1. Menurut Depdiknas Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi di dunia nyata siswa. Menurut Depdiknas, metode pembelajaran ini harus mampu mendorong siswa menciptakan hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Menurut Elaine B. Johnson Pembelajaran kontekstual merupakan sebuah proses pendidikan untuk menolong para siswa/siswi melihat makna dalam pelajaran yang mereka pelajari. Caranya ialah dengan menghubungkan subjek-subjek akademik yang sudah dipelajari dengan konteks kehidupan sehari-hari. 3. Menurut Wina Sanjaya Pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk menerapkannya pada kehidupan mereka. 4. Menurut Suherman Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang diawali dengan mencontoh kejadian di dunia nyata yang dialami siswa, lalu diangkat menjadi pembahasan konsep yang sedang diajarkan. Siswa bisa mempraktikkan, menceritakan, berdialog, atau tanya jawab. Tujuan Pembelajaran Kontekstual Tujuan metode pembelajaran ini adalah sebagai berikut. Meningkatkan ketertarikan peserta didik untuk senantiasa belajar, sehingga mereka bisa mendapatkan pengetahuan yang bersifat fleksibel dan aplikatif dalam kehidupan sehari-hari. Memperbaiki hasil belajar peserta didik melalui peningkatan pemahaman makna materi yang sedang dipelajari. Manfaat Pembelajaran Kontekstual Adapun manfaat metode pembelajaran ini bagi peserta didik adalah sebagai berikut. Meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berpikir secara kritis, logis, dan sistematis. Pemahaman yang diperoleh peserta didik bisa bertahan lebih lama karena memahami dengan menerapkan. Peserta didik bisa lebih peka terhadap lingkungan sekitar. Meningkatkan kreativitas peserta didik berkaitan dengan permasalahan yang ada di sekitar yang disesuaikan dengan keilmuan yang didapatkan. Strategi Pembelajaran Kontekstual Agar implementasi model pembelajaran kontekstual berhasil, Bapak/Ibu harus memiliki strategi yang sesuai dengan kondisi di kelas yang diampu. Lantas, bagaimana strateginya? Melalui pemecahan masalah, artinya Bapak/Ibu memberikan studi kasus yang biasa mereka temui di kehidupan sehari-hari. Lalu, peserta didik diminta untuk mencari solusi atas studi kasus yang Bapak/Ibu berikan dari berbagai sumber yang bisa diakses. Mengajak peserta didik di tempat yang dekat dengan pemahaman materi, misalnya lingkungan sekitar sekolah, perpustakaan, museum, dan sebagainya. Hal itu karena suasana belajar baru bisa memunculkan pengalaman baru yang menyenangkan dan mudah diingat. Menjadikan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat dan mandiri, sehingga guru hanya berperan untuk mengarahkan dan mengontrol jalannya pembelajaran. Membangun komunikasi efektif yang bisa diterima oleh semua peserta didik di kelas dengan berbagai karakter, sosial, budaya, suku, dan sebagainya. Komunikasi yang dijalin oleh guru pada peserta didiknya akan memengaruhi tingkat ketertarikan pada materi yang diajarkan. Memberikan penilaian yang otentik pada peserta didik. Penilaian tersebut bisa membantu guru dalam memetakan tingkat kemampuan dan motivasi peserta didik selama pembelajaran. Langkah-Langkah Pembelajaran Kontekstual Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut. Mengenalkan sosok/figur yang terkait dengan mata pelajaran yang diajarkan. Hal itu bertujuan untuk meningkatkan ketertarikan peserta didik pada kegiatan belajar mengajar serta memotivasi agar peserta didik bisa meniru kesuksesan sosok/figur tersebut. Merumuskan manfaat serta tujuan materi yang akan dipelajari serta mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Memberikan umpan balik dengan cara membebaskan peserta didik untuk bereksplorasi, sehingga nantinya mereka bisa menemukan cara belajar yang sesuai. Mengarahkan dan membimbing peserta didik selama mereka belajar untuk bereksplorasi. Prinsip Pembelajaran Kontekstual Menurut Elaine B. Johnson dalam Syaefudin, pembelajaran kontekstual harus memuat tiga prinsip utama, yaitu sebagai berikut. 1. Prinsip ketergantungan Sebagai suatu sistem, pasti ada keterikatan dan keterkaitan di dalam sekolah. Artinya, setiap elemen di sekolah saling tergantung satu sama lain. Misalnya, antara peserta didik dan guru, guru dan kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan, dan seterusnya. Adanya ketergantungan ini bisa meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal-hal yang tidak bisa dipisahkan saat pembelajaran berlangsung adalah bahan ajar, media ajar, sarana dan prasarana, sumber belajar, dan iklim sekolah. 2. Prinsip diferensiasi Artinya segala sesuatu di Bumi ini selalu berubah, tak terkecuali di dunia pendidikan. Hal itu memicu terbentuknya perbedaan, keseragaman, dan keunikan. Oleh karena itu, pendidik selalu dituntut untuk dinamis dan harmonis dengan prinsip diferensiasi. 3. Prinsip organisasi diri Artinya guru harus mampu memberikan dorongan atau motivasi pada peserta didik agar senantiasa menggali setiap potensi yang dimiliki secara optimal. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran menuntut guru untuk mampu menyuguhkan gambaran dunia nyata di dalam kelas. Dengan demikian, peserta didik lebih mudah memahami inti dari hal-hal yang sedang dipelajari. Itulah mengapa, pada pendekatan kontekstual guru harus mengarahkan peserta didik agar Selalu aktif bertanya; Aktif menggali pengetahuan secara konstruktif dengan cara membangun; Aktif dalam menemukan konsep atau pengetahuan dengan menerapkan pola berpikir kritis; Belajar bersama di dalam masyarakat pembelajar; Menggagas pemodelan; Mampu merefleksikan pengalaman belajar yang pernah dilalui; dan Menerapkan penilaian otentik. Tanpa komponen-komponen di atas, aplikasi pembelajaran kontekstual sulit untuk dijalankan di kehidupan sehari-hari. Itulah pembahasan Quipper Blog tentang pembelajaran kontekstual. Semoga bisa bermanfaat untuk menambah wawasan Bapak/Ibu dalam rangka menyongsong pembelajaran tatap muka. Jangan lupa untuk tetap semangat dan selalu menjaga kesehatan dengan menerapkan protokol kesehatan 3M. Update terus informasi terbaru tentang dunia pendidikan hanya di Quipper Blog. Salam Quipper! [spoiler title=SUMBER] Halloanak-anak didik MTsN 1 Kota Semarang kembali bertemu lagi dalam Mata Pelajaran IPS Kelas VII yang diampu oleh Bapak Mohkhamad Alimul Hakim, S.E, berikut kami berikan soal/tugas untuk mengasah pengetahuan kalian semua setelah membaca materi yang telah dibagikan, kalian bisa menjawab latihan soal melalui link di bawah :
Pedagogik merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru dan dosen sebagai modal utama dalam menjalankan profesinya. Mudahnya, konsep dasar pedagogi atau pedagogic terkadang disebut pedagogika pula merupakan pengetahuan dan kemampuan untuk mendidik dan menyelenggarakan pembelajaran. Lalu apa dan seperti apa pedagogik sebagai ilmu pengetahuan dan sebagai kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik? Berikut adalah pemaparannya. Definisi pedagogik telah tertuang dalam undang-undang tahun 2005 tentang guru dan dosen yang mengemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”. Secara yuridis definisi pedagogi tampaklah cukup jelas dan singkat. Namun, mengelola pembelajaran itu sangatlah kompleks dan tidak mengenai kegiatan pengajaran dan belajar semata. Menurut Payong 2011, hlm. 28-20 pedagogi berarti segala usaha yang dilakukan oleh pendidik untuk membimbing anak muda menjadi manusia yang dewasa dan matang. Di sini tampak jelas bahwa ternyata pedagogik justru lebih mengutamakan pembimbingan karakter anak untuk menjadi lebih dewasa. Etimologi Pedagogik Lalu sebetulnya apa itu pedagogik? Istilah pedagogik bahasa Inggris pedagogy berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani kuno, yaitu paedos yang berarti “anak” dan agogos yang berarti “mengantar”, “membimbing” atau “memimpin”. Dari dua kata tersebut terbentuk beberapa istilah yang masing-masing memiliki arti tertentu. Istilah-istilah yang dimaksud yakni paedagogos, pedagogos paedagoog atau pedagogue, paedagogia, pedagogi paedagogie, dan paedagogik yang berarti membimbing anak-anak. Pedagogik juga dapat digunakan secara spesifik untuk target anak atau yang lebih muda dari pendidik. Karena terdapat pendekatan lain yakni andragogik sebagai pendekatan pendidikan terhadap sejawat atau bahkan yang lebih berumur dari pendidiknya sendiri. Pedagogik Sebagai Ilmu Pengetahuan Menurut Langeveld dalam Kurniasih, 2017, hlm. 8 pendidikan dalam arti yang hakiki ialah proses pemberian bimbingan dan bantuan rohani kepada orang yang belum dewasa dan mendidik adalah tindakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan sendiri berarti memberikan perubahan transformative agar peserta didik dapat memaksimalkan potensi diri baik secara kognitif maupun karakter. Di sinilah titik di mana pengelolaan pendidikan menjadi hal yang tidak sesederhana itu. Sehingga kompetensi pedagogi tidak hanya melibatkan keprofesionalan guru dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan saja. Akan tetapi, seorang guru harus ikut terlibat pula dalam pembangunan mental, karakter, dan perilaku dari peserta didik itu sendiri. Seperti yang diungkapkan Sadulloh 2018, hlm. 1-2 bahwa pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu agar mampu mandiri untuk menyelesaikan masalah dalam hidupnya atau dalam kata lain mengembangkan kepribadiannya sebagai salah satu tugas besar guru selain menyampaikan dan mentransformasikan pengetahuan dalam pembelajaran. Sehingga dapat diartikan bahwa membimbing anak didik layaknya seperti orangtuanya sendiri merupakan salah satu kemampuan yang dibutuhkan oleh seorang guru. Membimbing dan mendidik di sini bukan berarti guru harus menggurui anak didiknya. Justru pendekatan pembelajaran sekarang lebih menengahkan murid sebagai pusat utama dalam pembelajaran, termasuk dalam ranah pedagogis. Artinya, kini guru membiarkan anaknya untuk mengkesplorasi sesuatu, namun tetap menjaga, memperhatikan, dan membimbingnya dari belakang. Selain itu, pendekatan pedagogi hari ini lebih fokus terhadap bagaimana cara untuk menyampaikan berbagai bimbingan tersebut lewat berbagai aktivitas yang lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan hanya sekedar ceramah atau menasihati. Hal ini karena dalam masalah kepribadian yang menyangkut perilaku, omongan semata terkadang tidak akan cukup. Apalagi jika anak didik telah memiliki keterbatasan sendiri di rumahnya; tidak semua anak memiliki keluarga yang ideal. Dapat disimpulkan bahwa pedagogik adalah segala usaha yang dilakukan oleh pendidik untuk membimbing peserta didik yang lebih muda untuk memaksimalkan potensi diri baik secara kognitif atau kemampuan nalar dan ilmu pengetahuan, maupun dari sisi karakter agar menjadi pribadi yang lebih baik. Usaha tersebut termasuk pengelolaan pembelajaran, bahasa atau cara menyampaikan materi supaya mudah dipahami dan diserap oleh peserta didik, penguasaan kelas, dsb. Kompetensi Pedagogik Menurut Wahyudi 2012, hlm. 22 kompetensi pedagogik adalah kemampuan seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran peserta didik. Pengelolaan proses pembelajaran tentunya mencakup pelaksanaan, evaluasi, serta pengembangan karakter peserta didik. Pengertian di atas senada dengan pendapat Situmorang dan Winarno 2008, hlm. 23 yang menyatakan bahwa secara substantif, kompetensi pedagogik mencakup kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, serta pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Lalu apa saja kemampuan atau kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleh seorang tenaga pendidik? Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Pasal 3 Ayat 4 dalam Aqib 2009, hlm. 60 kompetensi pedagogik sebagaimana dimaksud pada ayat 2 merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil belajar, pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 10 Kompetensi Pedagogik Guru Sementara itu, 10 kompetensi pedagogik guru yang harus dikuasai dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 akan dipaparkan melalui tabel di bawah ini. No. Kompetensi Inti Guru Indikator 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial- budaya. Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu. Mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu. Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu. 2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik terkait dengan mata pelajaran yang diampu. Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran yang diampu. 3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu. Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Menentukan tujuan pembelajaran yang diampu. Menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diampu. Memilih materi pembelajaran yang diampu yang terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran. Menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik. Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian. 4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. Memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik. Mengembangkan komponen-komponen ran-cangan pembelajaran. Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan. Melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di laboratorium, dan di lapangan dengan memperhatikan standar keamanan yang dipersyaratkan. Menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh. Mengambil keputusan transaksional dalam pembelajaran yang diampu sesuai dengan situasi yang berkembang. 5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran yang diampu. 6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mendorong peserta didik mencapai prestasi secara optimal. Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mengaktualisasikan potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya. 7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. Memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif, empatik, dan santun, secara lisan, tulisan, dan/atau bentuk lain. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik dengan bahasa yang khas dalam interaksi kegiatan/permainan yang mendidik yang terbangun secara siklikal dari a penyiapan kondisi psikologis peserta didik untuk ambil bagian dalam permainan melalui bujukan dan contoh, b ajakan kepada peserta didik untuk ambil bagian, c respons peserta didik terhadap ajakan guru, dan d reaksi guru terhadap respons peserta didik, dan seterusnya. 8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu. Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu. Menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar Mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. Mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan mengunakan berbagai instrumen. Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai tujuan. Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar. 9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan ketuntasan belajar Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan. Mengkomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi kepada pemangku kepentingan. Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. 10. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. Memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan pengembangan pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu. Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu. Fungsi pedagogi Sebagai ilmu dan kompetensi yang fokus terhadap pendidikan dan keguruan, tentunya pedagogik memiliki tujuan-tujuan tertentu yang berkaitan erat dengan pendidikan. Adapun fungsi pedagogik menurut Kurniasih 2017, hlm. 20 adalah sebagai berikut. Untuk memahami fenomena pendidikan situasi pendidikan secara sistematis. Memberikan petunjuk tentang apa yang seharusnya dilaksanakan oleh pendidik . Menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan dalam praktik mendidik anak, yaitu kesalahan konseptual, teknis dan kekeliruan yang bersumber dari kepribadian pendidik. Mengenal diri sendiri dan melakukan koreksi. Dari penjelasan di atas pedagogik berfungsi untuk melakukan langkah-langkah yang bertujuan meningkatkan pedagogik. Manfaat Pedagogik Berbagai hasil atau kegunaan yang dapat diraih melalui pedagogik tentunya berkaitan erat dengan tujuan pendidikan. Menurut Kurniasih 2017, hlm. 20 manfaat pedagogik adalah sebagai berikut. Manusiakan manusia, menjadikan seorang dewasa demi kebahagiaan dalam menjalani kehidupan. Agar anak atau peserta didik di kemudian hari mampu memahami dan menjalani kehidupan dan kelak dapat menghidupi diri mereka sendiri, dapat hidup secara bermakna dan dapat turut memuliakan kehidupan. Membantu peserta didik mempertanyakan dan menantang dominasi serta keyakinan dan praktek-praktek yang mendominasi. Mengembangkan kepribadian siswa yang sehat. Tujuan pedagogik Untuk mendapatkan hasil positif sebagaimana diharapkan, perlu memperhatikan bahwa pedagogik mempunyai tujuan pula. Menurut Kurniasih 2017, hlm. 15 tujuan pedagogik adalah memanusiakan manusia, dan menjadikan seseorang menjadi dewasa untuk kebahagiaannya dalam menjalani kehidupan dimasa yang akan datang dan menjadikan seseorang menjalani hidup dengan bahagia. Dengan kata lain, tujuan pedagogik masih berbarengan dengan hakikat pendidikan sendiri sebagai pengubah yang diharapkan mampu membuat peserta didik mengembangkan potensi diri. Referensi Aqib, Z. 2009. Menjadi Guru Profesional Berstandar Nasional. Bandung Yrama Widya. Kurniasih. 2017. Kompetensi Pedagogik. Bandung Percikan Ilmu. Payong. 2011. Sertifikasi profesi guru. Jakarta Indeks. Sadulloh, U. 2014. Pedagogic. Yogyakarta Rajawali. Situmorang, dan Winarno. 2008. Pendidikan Profesi dan Sertifikasi Pendidik. Klaten Macanan Jaya Cemerlang. Wahyudi, Imam. 2012. Panduan Lengkap Uji Sertifikasi Guru. Jakarta PT Prestasi.
Artinya: “Sesungguhnya setiap perbuatantergantung niatnya. Dan Tabel 2.3 : Guru MA Dan Mata Pelajaran Yang Diampu .. 45 Tabel 2.4 : Absensi Siswa Kelas X Semester Genap Tp. 2020/2021.. 48 Tabel 2.5 : Absensi Siswa Kelas XI Semester Genap Tp. 2020/2021 .. 50 Tabel 2.6 : Absensi Siswa Kelas XII Semester Genap Tp. 2020/2021
Penulisan Kreatif Manajemen Bahasa Mengingat bahasa adalah seni berkomunikasi, maka berbahasa juga merupakan ilmu yang mesti dipahami kaum profesional untuk meraih dan menumbuhkan “kepercayaan pembaca”Manajemen Bahasa, WahyuWibowo, Gramedia2001. Berikut materi kuliah Penulisan Kreatif… silakan unduh di sini {MK Penulisan Kreatif} Filsafat Bahasa Mahasiswa dapat memahami konsep umum mengenai Filsafat Bahasa, sehingga mampu menjelaskan pengertian, ruang lingkup, dan orientasi Filsafat Bahasa. Berikut materi kuliah Filsafat Bahasa… silakan unduh di sini {Filsafat Bahasa} Dasar-dasar Filsafat —Mahasiswa dapat memahami a eksistensi manusia sebagai makhluk berpikir; b makna filsafat dalam kehidupan dewasa ini; c aliran-aliran Filsafat Ilmu; dan d hubungan nilai-nilai filsafat dengan ilmu pengetahuan. Berikut materi kuliah Filsafat Bahasa… silakan unduh di sini {Dasar-dasar Filsafat}

berbasismata pelajaran lebih terkonsentrasi kepada pembekalan peserta Diklat tentang penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah DTS Guru mata pelajaran dan non mata pelajaran dapat meningkatkan kompetensi keprofesionalan peserta Diklat

Apa itu ampu? ampu adalah kata yang memiliki artinya, silahkan ke tabel berikut untuk penjelasan apa arti makna dan maksudnya. Pengertian ampu adalahKamusDefinisiBahasa Indonesia KBBI ?ampu , v 1 menahan di bawah dng telapak tangan; menyokong dari bawah supaya tidak runtuh para hamba sahaya ~ pakaian raja; 2 ki mengangkat; menyan-jung siapa pandai ~ nya akan mendapat segala sesuatu darinya? empuBahasa Sansekerta ?ampu menghina, memaksaMalaysia Dewan ?ampu I; mengampu 1. sl menahan di bawah dgn telapak tangan, menyokong dr bawah supaya tidak jatuh, runtuh, dsb kain baju diampu oleh hamba raja; 2. sl = mengampukan memerintah negeri, kerajaan yg pertama ~ negeri Pasai ialah Sultan Malikul-Saleh; 3. ki mengangkat, menyanjung utk menyukakan seseorang supaya mendapat sesuatu faedah daripadanya siapa yg pandai ~nya akan mendapat segala sesuatu daripadanya; ~ bodek bk mengangkat supaya mendapat sesuatu;ampu II Mn empu; ~ kaki ibu jari ?ampu, mengampu kk, mengangkat, mengampu v 1 memapah, memayang, menahan, mencagak, menongkat, menopang, menumpil, menunjang, menyagang, menyangga, menyekang, menyokong; 2 memerintah, mengampukan; 3 memelihara, menanggung, merawat; semoga dapat membantu walau kurangnya jawaban pengertian lengkap untuk menyatakan artinya. pada postingan di atas pengertian dari kata “ampu” berasal dari beberapa sumber, bahasa, dan website di internet yang dapat anda lihat di bagian menu sumber. Istilah Umum Istilah pada bidang apa makna yang terkandung arti kata ampu artinya apaan sih? apa maksud perkataan ampu apa terjemahan dalam bahasa Indonesia
Matapelajaran yang diampu: X. 14: 9536748650200060: Erfan Suparmono, SPd., MA. Laki-laki: BIODATA GURU. NIP Pergantian web ini dirasa sangat penting artinya bagi [selengkapnya] JAJAK PENDAPAT. Apakah website ini bagus ? Sangat Bagus Bagus Cukup Bagus Sedang Kurang Menarik SUBMIT. Lihat Jawaban. BANNER. TEMUKAN KAMI DI FACEBOOK mata pelajaran arti pelajaran yg harus diajarkan dipelajari untuk sekolah dasar atau sekolah lanjutan; artisumber kbbi3 Sinonimsubjek, vak, Kata-kata Terkaitbermata, bermatakan, mata, mata acara, mata air, mata air mineral, mata alamat, mata anggaran, mata angin, mata ayak, mata bajak, mata batin, mata bedil, mata beliung, mata benda, Kamus Lainnya Bookmark KBBI Online. Bukan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang resmi. Resminya di sini. Sumber Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi 3. Hak cipta Pusat Bahasa Pusba. Content of this website may include technical inaccuracies or typographical errors. Changes of the content may periodically made to the information contained herein. We make no warranty to any materials in this website.
\n \n \nmata pelajaran yang diampu artinya
1 Hal apa yang membuat Ibu dan Bapak Guru menyukai mata pelajaran yang saat ini diampu? Perhatikan langkah dalam penyusunan visi dan misi sekolah berikut: Jawaban Post Test Modul 1 Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (SD/Paket A, SMP/Paket B, SMA/K/Paket C/) 1. Wawancara. 2.
td29.
  • hn55c0v4sg.pages.dev/121
  • hn55c0v4sg.pages.dev/255
  • hn55c0v4sg.pages.dev/254
  • hn55c0v4sg.pages.dev/401
  • hn55c0v4sg.pages.dev/412
  • hn55c0v4sg.pages.dev/381
  • hn55c0v4sg.pages.dev/342
  • hn55c0v4sg.pages.dev/14
  • mata pelajaran yang diampu artinya